Sabtu, 10 November 2012

Sistem Pendingin Si Rusa Gurun

0 komentar
Sistem Pendingin Si Rusa GurunSabtu, 10 November 2012 22:48:14
Mari melihat kehidupan rusa gurun atau Gazelle. Binatang mungil yang hidup berkelompok di gurun-gurun Afrika. Mereka adalah pelari-pelari cepat yang mampu berlari hingga kecepatan 80 km per jam saat menghindari kejaran harimau, singa, atau serigala pemangsa.
Apa yang istimewa dari hewan bertanduk panjang dan runcing ini? Salah satunya adalah sistem pendingin yang tertanam dalam tubuhnya.
Gazelle adalah pelari ulung. Ia mampu berlari sangat cepat sambil meloncat-loncat. Inilah satu-satunya cara dia untuk mempertahankan diri dari serangan pemangsanya. Namun, kemampuan lari cepatnya ini harus dibayar dengan peningkatan panas tubuh yang berlebihan. Tubuh bagian dalam dan otak Gazelle menjadi amat panas. Dan ini adalah risiko yang amat membahayakan jiwanya. Karenanya, suhu otak harus segera diturunkan.
Dan Allah telah membekalinya dengan sistem pendingin yang amat luar biasa. Otak gazelle didinginkan melalui sistem pendingin istimewa yang terletak di sisi kanan kepalanya. Gazelle, dan juga binatang-binatang pelari cepat lainnya, memiliki saluran-saluran terusan pernafasan. Ratusan urat darah kecil menyebarkan kumpulan darah dalam jumlah besar ke saluran-saluran ini. Udara yang dihirup gazelle mendinginkan daerah ini, dan karena itu juga mendinginkan darah yang melewati pembuluh-pembuluh kecil tersebut. Pembuluh darah kecil ini kemudian menyatu dalam satu pembuluh darah besar yang mengantarkan darah ke otak. Berkat sistem inilah, gazelle tidak terpengaruh oleh peningkatan suhu tubuh selama berlari.
Inilah bukti kasih sayang Allah kepada makhluk ciptaannya. Sekaligus menunjukkan betapa sempurna semua ciptaan-Nya. Dia-lah Rabb yang menguasai alam semesta.
“Rabb yang menguasai timur dan barat, dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Rabb-mu) jika kamu mempergunakan akal” (QS Asy Syu’araa: 28).
»» Baca selengkapnya.....

Sebuah Gerbang untuk Pulang

0 komentar


Sebuah Gerbang untuk Pulang
 Sabtu, 10 November 2012 22:42:12
Wajah mana yang akan kita bawa menghadap Allah, kelak, jika lumuran dosanya yang mengerak membuatnya tak rupawan lagi? Sedang hati kita pun tak lagi bersih karena tertutup debu-debu maksiat. Juga pilihan sikap yang tepat untuk menutupi pengingkaran nikmat kita siang malam, sepanjang usia kita di dunia, di perjumpaan nanti. Atau kita malah mengharapkannya tidak terjadi, hal yang mustahil adanya?
Adakah malu, dan takut itu masih menempati sudut ruang hati kita, yang terdalam? Ataukah ia telah menghilang, tenggelam dalam kelamnya kesalahan yang menghitamkan jiwa karena jelaga dosa? Lirih ini sunyi meski galau ini tak sendiri. Segera menyadari dan berbenah diri tentu sangat terpuji daripada tak peduli, sebab kita tak bisa menghindari.
Permulaannya bernama taubat. Gerbang pulang untuk pembebasan sejati yang menyucikan. Meluruhkan noda-noda dosa yang pernah ada, dan memberi kemampuan kita untuk tengadah mengaku salah. Inilah satu-satunya pilihan sebab menjadi tanpa cela adalah kemustahilan, sedang tidak ada yang bisa menghapuskan kecuali Dia Yang Maha Pengampun dan Penyayang.
Sayang, kita seringkali merasa tidak membutuhkannya. Padahal tiada yang lebih penting daripada keyakinan akan terhapusnya kesalahan, atau minimal, berkurangnya beban jiwa yang menyiksa ini. Bahkan jauh sebelum menemui Allah, karena rasa itu menekan malam-malam kita di sini, di dunia ini.
Pada yang membutuhkan, banyak juga yang kebingungan. Taubat bergerak lambat saat tak ada lagi pilihan berkelit. Terlantun dari bibir yang sendirian serupa wasiat taubat dari hamba yang tidak memahaminya, meski bertebaran dan berulang-ulang. Taubat yang tidak memiliki akar penjiwaan dan tak mampu mengendalikan. Berakhir hampa karena menjadi sia-sia.
Karena taubat haruslah berdasar pada kesadaran. Bahwa kita sebagai hamba tak akan pernah mampu menjalankan kewajiban dan memenuhi hak Allah dengan semestinya. Terlalu banyak kekurangan, terlalu sering kita melalaikan, terlalu jauh dari standar kelayakan. Dan maksiat yang bertimbun-timbun, membuahkan ketakutan akan akibat buruknya yang pasti menanti, menjauhkan kita dari kehidupan yang berlimpah berkah, rahmah, dan maghfirah. Kehidupan yang gelisah!
Kesemuanya menuntun kita pada keinginan untuk menebus dan menghapus kesalahan. Agar kita tidak termasuk  mereka yang terancam kemurkaan dan kehinaan, serta siksaan abadi yang pasti adanya. Sebab jika tidak, rasa sakitnya dosa menyesakkan dada. Menyempitkan jiwa akan keluasan ampunan Allah, memungkinkan kita melakukannya berulang kali hingga kepada keadaan rumit yang sulit dilepaskan.
Biarkan rasa sakit itu membimbing kita mencari jalan pertaubatan. Biarkan rasa sesal dan kecewa akan kegagalan memaknai hari-hari ini menerangi prosesnya. Dan biarkan semuanya berangkat dari kesadaran kita akan pentingnya taubat. Sebuah kebutuhan tak terkira yang sering kita lupakan. Ya Allah, bimbinglah kepulangan hamba dengan taubat yang Engkau terima![]
»» Baca selengkapnya.....